Profil Dr.Dirgantara Wicaksono, CH, Cht, S.Pd, M.Pd, MM.
Menjadi Kepala Sekolah SMA pale muda di DKI Jakarta merupakan tantangan tersendiri bagi pemuda ini. Meski usianya baru 24 tahun, ia sudah dipercaya memimpin dan merencanakan berbagai perubahan sistem pendidikan di sekolahnya.
Saya bukan kerabat ataupun keluarga dari pengurus yayasan, tapi Alhamdulillah saya dipercaya.
ujar Dirgantara kepada Warta Kota akhir pekan lalu. Ia memimpin SMA Islam Al Hikmah, Komplek Pertamina, Pulogadung, Jakarta Timur sejak akhir 2010 lalu.
Pemegang gelar Magister Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menuturkan, ia bergabung di SMA Al Hikmah sejak 2007 dan mengajar mata pelajaran sejarah. Saat itu, ia merasa sekolah ini merasa gundah karena kondisi yang memprihatinkan. “Waktu itu sistemnya tidak teratur, siswa sering bolos, bahkan di satu kelas pernah hanya sembilan sampai sepuluh siswa yang masuk,” ujarnya. Ia bergabung di sekolah ini bukan hanya mencari uang.
Pasalnya, pada saat 2007 ia Juga sempat mengajar di sekolah swasta di Jakarta Pusat,namun akhirnya ia meninggalkannya dan fokus mengajar di SMA Al Hikmah. Terlebih, sebagian besar siswa merupakan pelajar dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Saat sering dilibatkan dalam rapat antar guru dan kepala sekolah, pria berkacamata ini joke banyak mengajukan usul dan perbaikan sistem. Para guru dan pengurus yayasan joke sepakat untuk mengganti kepala sekolah untuk memperbaiki kualitas sekolah.
Awalnya, ia sempat mendapatkan pertentangan pendapat dan.lainnya saat menjabat. Terlebih Ia dianggap masih “bau kencur” di dunia pendidikan karena pengalaman mengajar masih sangat singkat. Namun perlahan, semua guru dan yayasan bisa digandengnya bersama. “Kini semua sudah seperti keluarga sendiri, kita ingin memajukan sekolah bersama-sama,” ujarnya.
Warga Jatibening, Bekasi Selatan int joke merancang sejumlah perubahan, mulai dari tata tertib, sistem pembelajaran, hingga ekstra kullkuler. Sistem pembelajaran satu arah dari guru ke murid perlahan diarahkan menjadi sistem dialog. Pelajaran Sosiologi yang hanya di kelas Juga diganti denganmendatangi masyarakat langsung. Ia juga membuat pelajaran-pelajaran permainan, memperketat aturan kedisiplinan, dan membuat ekstra kulikuler yang sebelumnya iulak ada di sekolah ini.
Pemuda yang hobi mendaki gunung ini menuturkan, siswa yang nakal-nakal. mendapat perhatian khusus, bahkan didatangi hingga ke keluarganya untuk mencari apa akar permasalahnnya. Semua guru juga dilibatkan dalam perbaikan sistem ini. Saat ini ada 24 guru yang tujuh di antaranya berpendidikan S2. Mereka mengajar juga karena masih peduli dengan sekolah ini, bukan sekadar mencari nafkah. Mereka juga merangkap sebagai dosen di beberapa Universitas.
Sekolah milik Yayasan Pendidikan Al Hikmah yang didirikan Haji Ahmad Bakir ini cukup ternama di epoch akhir 1980-an hingga awal 1990-an. Saat itu terdapat ratusan murid yang belajar di sekolah ini. Namun saat ini hanya ada satu kelas di setiap angkatan. Ekskul Gulat di sekolah ini menjadi Juara II tingkat DKI. juga Juara II MTQ yang mengalahkan Madrasah Aliyah Negeri.
Leave a Reply