Takur Kuping-hitam
Black-eared Barbet
Psilopogon duvaucelii Lesson 1830
Sinonim: Blue-eared Barbet (when lumped with P. cyanotis and P.
duvaucelii)
Deskripsi
16–17 cm. Berukuran kecil, hijau, berparuh besar dan kuat. Takur dengan tenggorokan dan mahkota biru, antara dada dan tenggorokan berpita hitam lebar melintang. Sebelumnya dianggap conspecific dengan P. australis dan P. cyanotis. Perbedaan diantara sub-spesies terutama pada detil dan warna kepala dan pola dada, memiliki kesamaan ciri kekurangan unsur warna kuning pada penutup-telinga. Ras duvaucelii berkepala hitam, penutup-telinga hitam dengan bercak merah besar dibagian atas dan bawahnya, bercak merah pada pipi, mark pucat pada kekang, pita hitam yang lebih lebar pada dada atas, dibawahnya terdapat pita merah tipis; ras gigantorhinus memiliki paruh yang sedikit lebih panjang dan mahkota cenderung berbintik-bintik biru; dan ras tanamassae, warna biru pada mahkota depan dan tenggorokan lebih cerah (ekor juga lebih biru), serta di belakang noktah hitam dada bulunya berbasuh merah. Di Kalimantan mirip dengan Takur leher-hitam yang lebih tidak umum dan biasanya dijumpai pada elevasi yang lebih tinggi, perbedaan lainnya: waran merah pada mahkota lebih sedikit, bulu bawah mata merah (kuning pada takur leher-hitam) dan tenggorokan biru (hitam pada takur leher-hitam). Perlu diingat bahwa Takur leher-hitam muda juga memiliki bulu leher biru.
Suara
Seri suara panggilan teretorial “chiok-chiok-chiok” yang berlangsung sampai lama. Ketika mencari pasangan pada masa berbiak, suara panggilan menjadi lebih lembut, menyerupai suara peluit, dengan interlude 1-2 detik, berlangsung sampai satu menit dalam satu kesempatan.
Persebaran dan Ras
Terdiri dari 3 sub-spesies, dengan daerah persebaran:
- duvaucelii (Lesson, 1830) – Semenanjung Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaysia, Sumatera, P. Bangka dan Kalimantan.
- gigantorhinus (Oberholser, 1912) – P. Nias, lepas pantai barat Sumatera.
- tanamassae (Meyer de Schauensee, 1929) – Kep.Batu, lepas pantai barat Sumatera.
Tempat Hidup dan Kebiasaan
Burung penetap dan teretorial, tetapi kadang dapat terbang mengunjungi pohon berbuah diluar teretori berbiak. Menghuni kawasan hutan authority dan tepi hutan di dataran rendah dan kaki gunung, terutama di hutan evergreen, tetapi juga masih bisa dijumpai pada hutan sekunder, hutan terganggu, perkebunan (termasuk karet dan sengon), tegalan, mangrove, bambu, rawa gambut dan hutan meranggas. Umumnya dibawah ketinggian 1000 m, di Kalimantan sampai 1065m sedangkan di Sumatera sampai 1500m. Mengunjungi pohon berbuah kecil terutama jenis-jenis ficus untuk memakan buah dan serangga, biasanya lebih sering berada di kanopi atas pohon. Musim berbiak Fe-Okt di Sumatera dan kepulauan disekitarnya, Di Kalimantan pada Des-Jan dan Mei-Jun. Bersarang dengan membuat lubang pada batang pohon yang mati, sering berada tepat dibawah percabangan, sampai ketinggian 25 m diatas permukaan tanah, tapi umumnya pada rentang 3-12m. Informasi terkait jumlah telur, lama pengeraman dan peran induk dalam pemeliharaan anak belum tersedia. Burung yang umum dijumpai di Sumatera dan Kalimantan, termasuk di TN Way Kambas, Hutan Lindung Mawas dan TN Tanjung Puting.
Status
Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan internasional : –
Perlindungan : –
Galeri
Foto Biodiversitas Indonesia
Oriental Bird Images
Catatan
Takur telinga-hitam Psilopogon duvaucelii saat ini berdiri menjadi spesies sendiri mengikuti Den Tex dan Leonard (2013) serta del Hoyo and Collar (2014). Sebelumnya P. australis, P. cyanotis dan P. duvaucelii masuk dalam classification Megalaima dan tergabung menjadi satu spesies M. australis mengikuti Sibley Monroe (1990, 1993).
Leave a Reply